Share |

Senin, 16 Juli 2012

UFO dan alien benarkah ada ?

UFO (Unidentified Flying Object) merupakan sebutan untuk benda aneh yang terbang di angkasa, konon katanya UFO ini lebih diidentikkan dengan mahluk luar angkasa alias Alien.  Kata alien juga nggak tahu dari mana asalnya, ada yang tahu nggak ya? Saya cari search engine nggak dapat2 tentang asal muasal kata alien.. ya bisa jadi maksudnya adalah mahluk luar angkasa atau mahluk aneh (unidentify person) kali ya..? wkwkwk
Meskipun demikian UFO dan Alien masih menjadi sebuah misteri, dan kebenarannya juga masih belum terbukti secara kuat.   Sama juga dengan hal yang disangkut pautkan dengan UFO yaitu Segitiga Bermuda, yang konon sampe sekarang juga masih misteri tuh.  Jadi sebenarnya Alien dan UFO itu benar gak ya dari luar angkasa ? Yuk kita cari kebenarannya, dan kali ini saya mencoba menganalisanya dengan cara sendiri terserah mau setuju apa nggak…
Saya sengaja mencoba untuk mencari kebenaran ini karena dari kecil saya sendiri masih penasaran dengan cerita ini…
Bentuk Alien yang umumnya ditemukan
Alien yang kita kenal adalah alien yang kita lihat seperti film2 itu, yaitu berkepala bulat lonjong dengan telinga lancip dan mata yang unik dan lebar, mengenai warna masih nggak jelas… ada yang menggambarkan alien berwarna hijau ada pula yang berwarna kemerah2an atau pink.  Kalo mau dikait2 kan tentang bentuknya, sepertinya hampir persis mirip seperti wujud jin yaitu berwarna hijau dengan telinga lancip dan berjari tiga (katanya sih begitu dari cerita yang saya dengar), makanya kalo orang kesurupan jin tangan dan kakinya melekat membentuk tiga pisahan.  Benar gak ya?
Memang, dipandang dari agama Islam dijelaskan bahwa selain manusia Allah SWT menciptakan mahluk lainnya seperti hewan, malaikat, jin, setan, dan iblis.  Tetapi tidak menjelaskan tentang keberadaan mahluk lain diluar bumi yang kita huni ini, hanya saja antara jin dan manusia memiliki dimensi yang berbeda yaitu kita dimensi tiga yang kasar dan mereka berdimensi halus sehingga tidak bisa dilihat dengan kasat mata.
Manusia diciptakan Allah SWT terbuat dari segumpal tanah, artinya bumi itu adalah diri kita… benar gak ya? Asal nebak aja ni he..  Artinya semua yang bisa kita pandang adalah semua unsur yang terbuat atau ada unsur tanahnya, misalnya semua tumbuhan (berasal dari biji yang ditanam di tanah),  hewan atau binatang, bebatuan, air (karena ada unsur hidrogennya), dan benda lain yang bisa kita lihat dan dirasakan dengan indera kita.  Dimensi manusia adalah semua yang bersifat fana, maksudnya bersifat kasar dan bisa dirasakan dengan indera peraba kita.
Unsur lainnya adalah api, seperti yang dijelaskan didalam Al-Quran bahwa jin dan setan terbuat dari api… unsur api adalah penggabungan beberapa unsur, api sifatnya hidup karena memerlukan oksigen dan bahan bakar berupa gas yang bersifat menimbulkan api.  Hasil dari nyalanya api ini adalah sinar atau cahaya, dan unsur panas yang dikeluarkannya.  Api tidak dapat disentuh tetapi dapat dirasakan panasnya, dan api ini sifatnya halus tidak berbentuk sehingga tidak dapat diraba oleh indera kita kecuali indera penglihatan.
Kembali ke masalah alien, kalo difikir2 dengan kemajuan teknologi kamera sekarang seringkali mahluk halus terekam dalam kamera manusia.  Ini menunjukkan bahwa mahluk halus dapat dilihat pada kondisi tertentu dan kalo pun ada oleh mata orang tertentu yang secara khusus bisa melihatnya.  Nah apakah alien ini adalah jelmaan dari jin ya? Mungkin aja kali… entahlah, masih dicari kebenarannya.
Apakah benar alien dan UFO berasal dari luar angkasa ?
Benar gak ya kalo diluar angkasa sana ada kehidupan ? berikut ada fakta yang mungkin membingungkan bila kita masih berfikir alien itu dari luar angkasa :
-  Radar kita tidak pernah mendeteksi adanya spaceship yang memasuki atmosfir bumi.
- Bintang terdekat dengan tata surya kita adalah Alpha Centauri, yang berjarak 4.3 tahun cahaya. Ini berarti apa yang kita lihat hari ini adalah apa yang terjadi 4.3 tahun yang lalu. Terbang dengan kecepatan cahaya masih merupakan fiksi ilmiah. Untuk suatu perjalanan yang cukup cepat bagi UFO akan membutuhkan waktu ribuan tahun untuk mencapai bumi.
-  Yang aneh adalah, meski ada ribuan saksi yang menyatakan pernah melihat UFO setiap tahun, namun tidak ada gambaran UFO yang persis sama. Tentunya sangat sulit untuk dibayangkan bila mereka dari luar angkasa dengan membawa sedemikian banyaknya jenis pesawat yang berbeda-beda dan berjalan zig-zag di angkasa setiap hari.
- Fenomena UFO dalam terbang sering tidak mengikuti hukum gravitasi dan aerodinamika, bukankah kalau mereka benar-benar dari angkasa luar, hukum-hukum fisika itu tetap berlaku buat mereka?
- Tidak ada BUKTI nyata bahwa mereka berasal dari planet tertentu.
- Beberapa orang yang berhubungan (kontak) dengan alien, sering kali mendapat pelajaran tentang spiritualitas, filosofi, peringatan tentang bahaya nuklir, dll. Apakah alien yang datang dari jarak yang jauh itu datang ke bumi hanya untuk mengajari manusia filsafat?
Hmm benar gak ya? Jadi kalo difikir2 sangat tidak mungkin alien berasal dari luar angkasa karena faktanya kalo dia berasal dari luar angkasa berarti teknologinya sangat2 canggih hingga bisa mencapai ke bumi dengan kecepatan UFO yang luar biasa.  Kemungkinan UFO sebenarnya berasal dari alam lain yang mungkin bukan di bumi kita, ya… tentunya jin adalah satu2nya yang paling masuk akal bila kita berbicara tentang alien.  Orang barat nggak ngerti ni istilah jin, karena Cuma di jelaskan di Al-Quran… tetapi fakta ini bukan sembarang fakta karena bila alien sebangsa mahluk hidup yang sama seperti kita (terbuat dari tanah) berarti dia harus dapat tinggal dilingkungan yang sama seperti kita.
Bila dilihat dari teknologinya, UFO sepertinya bukan kemajuan teknologi yang sama dengan manusia.  Beberapa data yang mendukung adalah:
-  Menjelaskan fenomena UFO muncul dan menghilang secara tiba-tiba.
-  Tidak mengikuti hukum-hukum fisika dalam dimensi manusia.
-  Adanya kontak secara telepati atau melalui mimpi dengan beberapa orang yang merasa menjalin komunikasi (kontak) dengan alien.
-  Sering terjadi kasus alien abduction pada waktu korban tidur.
-  Mereka tidak bisa berinteraksi secara bebas dengan manusia karena berbeda dimensi. Untuk berinteraksi di dimensi manusia, mereka membutuhkan wadah (containers) manusia. Ini menjelaskan teori alien abduction dan pembuatan hybrid, di mana terjadi juga proses “soul abduction”.
Alien berasal dari dimensi lain?
Berarti dapat dipastikan bahwa alien dan UFO berasal dari dimensi lain yang berbeda dengan hukum didalam dimensi kita termasuk aerodinamika maupun fisika.  Kalo dari dimensi lain berarti bisa jadi itu jin… saya pernah mendengar cerita tentang peradaban jin oleh manusia yang pernah masuk ke alam jin, dimana mereka mengatakan bahwa peradaban jin lebih unggul 1000 tahun dari manusia.  Pada saat zaman nabi saja di dunia jin sudah ada perangkat canggih seperti komputer di dunia kita.  Dimensi lain yang dimaksudkan disini bukan di planet atau digalaksi manapun, tetapi didunia lain yang tidak sama dengan kita.
Misteri dimensi ini juga masih diselidiki, adanya dimensi ini berkaitan erat dengan waktu… artinya kita saat ini terkurung didalam dimensi dengan waktu 24 jam sehari, bagaimana kalo kita terapung mengambang di luar angkasa? Apakah waktu berlaku? Tentu berlaku, hanya tidak sama dengan waktu dibumi.  Demikian pula dimensi lain, memiliki waktu yang berbeda dengan kita… ini bisa dijelaskan misalnya dengan mimpi atau orang yang pernah mati suri.
Orang pernah tertidur hanya 1 menit tetapi ketika bangun ia merasa bermimpi  jalan2 keliling dunia dalam waktu yang sangat lama, bahkan tidak mungkin bila diukur dengan 1 menit tidur.  Fenomena mimpi ini memang masih misteri juga, karena selain karena pengaruh otak kita… sebenarnya ketika tidur kita ini mati sementara, alam ruh dan alam nyata sangatlah berbeda..bisa jadi ruh kita mengalami perjalanan ke dimensi lain yang berbeda itu.
Demikian juga dengan mati suri, mati suri adalah kondisi dimana manusia benar2 menunjukkan ciri2 mati secara umum, yaitu tidak bernafas dan tidak berdenyut jantungnya.  Berarti ruh tersebut memang sudah keluar dari jasadnya, dan berada di dimensi lain yang kita tidak ketahui.  Seringkali orang yang bangun dari mati suri mendapatkan wangsit atau pandangan yang berbeda, ada yang bisa memiliki ilmu supranatural sehabis mati suri dan kejadian aneh lainnya.
Tapi apakah bisa diyakini kebenarannya? Entahlah, manusia sudah bertahun2 meneliti tentang hal ini tetapi hingga saat ini masih belum ada fakta yang terungkap.  Sama halnya dengan fenomena ruh dan alam semesta juga masih menjadi misteri.  Yang jelas, Allah SWT tidak melarang kita untuk mempelajari apa yang ada didunia ini… tapi sebatas yang kita mampu saja dan jangan berfikir lebih.  Masih rahasia nih kebenarannya…

»»  Baca Selengkapnya...

Jeritan Sang Ibu “Ku titip suratku untukmu”


Jeritan Sang Ibu “Ku titip suratku untukmu”
Untuk anakku yang ku sayangi di bumi Alloh ta’ala
Segala puji ku panjatkan ke hadirat Alloh ta’ala, yang telah memudahkan ibu untuk beribadah kepada-Nya.
Sholawat serta salam, ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-, keluarga, dan para sahabatnya.
Wahai anakku…
surat ini datang dari ibumu, yang selalu dirundung sengsara. Setelah berpikir panjang, ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri ini.
Setiap kali menulis, setiap itu pula gores tulisan ini terhalangi oleh tangis. Dan setiap kali menitikkan air mata, setiap itu pula, hati ini terluka.
Wahai anakku…
Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak. Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau akan remas kertas ini, lalu engkau robek-robek, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati ibu, dan telah engkau robek pula perasaannya.
Wahai anakku…
25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku.
Suatu ketika dokter datang menyampaikan tentang kehamilanku, dan semua ibu sangat mengerti arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini, sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi ibu.
Semenjak kabar gembira tersebut, aku membawamu sembilan bulan. Tidur, berdiri, makan, dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi, itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.
Aku mengandungmu wahai anakku, pada kondisi lemah di atas lemah. Bersamaan dengan itu, aku begitu gembira tatkala merasakan dan melihat terjalan kakimu, atau balikan badanmu di perutku.
Aku merasa puas, setiap aku menimbang diriku, karena bila semakin hari semakin berat perutku, berarti dengan begitu engkau sehat wal afiat di dalam rahimku.
Anakku…
Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah tiba pada malam itu, yang aku tidak bisa tidur sekejap pun, aku merasakan sakit yang tidak tertahankan, dan merasakan takut yang tidak bisa dilukiskan.
Sakit itu berlanjut, sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula, aku melihat kematian di hadapanku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia, dan engkau lahir. Bercampur air mata kebahagiaanku dengan air mata tangismu.
Ketika engkau lahir, menetes air mata bahagiaku. Dengan itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku kepadamu semakin bertambah, dengan bertambah kuatnya sakit.
Aku raih dirimu, sebelum ku raih minuman. Aku peluk cium dirimu, sebelum meneguk satu tetes air yang ada di kerongkongan.
Wahai anakku…
Telah berlalu setahun dari usiamu. Aku membawamu dengan hatiku, memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Sari pati hidupku, kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur, demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu. Harapanku pada setiap harinya, agar aku selalu melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat, adalah setiap permintaanmu agar aku berbuat sesuatu untukmu. Itulah kebahagiaanku.
Lalu berlalulah waktu, hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, selama itu pula, aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai… menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti… menjadi pekerjamu yang tidak pernah lelah… dan mendoakan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.
Aku selau memperhatikan dirimu, hari demi hari, hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu, wahai anakku…
Tatkala itu, aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan, demi mencari pasangan hidupmu, semakin dekat hari perkawinanmu anakku, semakin dekat pula hari kepergianmu.
Tatkala itu, hatiku serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka. Tangis telah bercampur pula dengan tawa.
Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan… karena engkau telah mendapatkan jodoh… karena engkau telah mendapatkan pendamping hidup… Sedangkan sedih karena engkau adalah pelipur hatiku, yang akan berpisah sebentar lagi dari diriku.
Waktu pun berlalu, seakan-akan aku menyeretnya dengan berat, kiranya setelah perkawinan itu, aku tidak lagi mengenal dirimu.
Senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihanku, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam, seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran, aku benar-benar tidak mengenalmu lagi, karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.
Terasa lama hari-hari yang ku lewati, hanya untuk melihat rupamu. Detik demi detik ku hitung demi mendengar suaramu. Akan tetapi penantianku seakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu, aku menyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering, aku merasa bahwa engkau yang akan menelponku. Setiap suara kendaraan yang lewat, aku merasa bahwa engkaulah yang datang.
Akan tetapi semua itu tidak ada, penantianku sia-sia, dan harapanku hancur berkeping. Yang ada hanya keputus-asaan… Yang tersisa hanya kesedihan dari semua keletihan yang selama ini ku rasakan, sambil menangisi diri dan nasib yang memang ditakdirkan oleh-Nya.
Anakku…
Ibumu tidaklah meminta banyak, ia tidaklah menagih padamu yang bukan-bukan.
Yang ibu pinta kepadamu:
Jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu.
Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.
Dan ibu memohon kepadamu nak, janganlah engkau pasang jerat permusuhan dengan ibumu.
Jangan engkau buang wajahmu, ketika ibumu hendak memandang wajahmu.
Yang ibu tagih kepadamu:
Jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana, sekalipun hanya sedetik.
Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi. Atau sekiranya terpaksa engkau datang sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.
Anakku…
Telah bungkuk pula punggungku… bergemetar tanganku… karena badanku telah dimakan oleh usia, dan telah digerogoti oleh penyakit… Berdirinya seharusnya telah dipapah… duduk pun seharusnya dibopong…
Akan tetapi, yang tidak pernah sirna -wahai anakku- adalah cintaku kepadamu… masih seperti dulu… masih seperti lautan yang tidak pernah kering… masih seperti angin yang tidak pernah berhenti…
Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikan dengan kebaikan, sedangkan ibumu, mana balas budimu, mana balasan baikmu?! bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air serupa?! bukan sebaliknya air susu dibalas dengan air tuba?! Dan bukankah Alloh ta’ala, telah berfirman:
Bukankah balasan kebaikan, melainkan kebaikan yang serupa?!
Sampai begitukah keras hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu.
Wahai anakku…
Setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak?! Karena engkau adalah buah dari kedua tanganku… Engkau adalah hasil dari keletihanku… Engkaulah laba dari semua usahaku…
Dosa apakah yang telah ku perbuat, sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?!
Pernahkah suatu hari aku salah dalam bergaul denganmu?!
Atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?!
Tidak dapatkah engkau menjadikanku pembantu yang terhina dari sekian banyak pembantu-pembantumu yang mereka semua telah engkau beri upah?!
Tidak dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu?!
Dapatkah engkau sekarang menganugerahkan sedikit kasih sayang demi mengobati derita orang tua yang malang ini?!

Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang berbuat baik.
Wahai anakku…
Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.
Wahai anakku…
Hatiku terasa teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan, bahwa engkau adalah laki-laki yang supel, dermawan dan berbudi.
Wahai anakku…
Apakah hatimu tidak tersentuh, terhadap seorang wanita tua yang lemah, binasa dimakan oleh rindu berselimutkan kesedihan, dan berpakaian kedukaan?!
Mengapa? Tahukah engkau itu?! Karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya… Karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya… Karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya… Karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim.
Wahai anakku…
Ibumu inilah sebenarnya pintu surga, maka titilah jembatan itu menujunya… Lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, kemaafan, dan balas budi yang baik… Semoga aku bertemu denganmu di sana, dengan kasih sayang Alloh ta’ala sebagaimana di dalam hadits:
Orang tua adalah pintu surga yang paling tinggi. Sekiranya engkau mau, sia-siakanlah pintu itu, atau jagalah! (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, dishohihkan oleh Albani)
Anakku…
Aku mengenalmu sejak dahulu… semenjak engkau telah beranjak dewasa… aku tahu engkau sangat tamak dengan pahala… engkau selalu cerita tentang keuatamaan berjamaah… engkau selalu bercerita terhadapku tentang keutamaan shof pertama dalam sholat berjamaah… engkau selalu mengatakan tentang keutamaan infak, dan bersedekah…
Akan tetapi satu hadits yang telah engkau lupakan… satu keutamaan besar yang telah engkau lalaikan… yaitu bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- telah bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Abdulloh bin Mas’ud, ia mengatakan:
Aku bertanya kepada Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-: Wahai Rosululloh, amal apa yang paling mulia? Beliau menjawab: sholat pada waktunya. Aku bertanya lagi: Kemudian apa wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Kemudian berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya lagi: Kemudian apa wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Kemudian jihad di jalan Alloh. Lalu aku pun diam (tidak bertanya) kepada Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- lagi, dan sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya.
Itulah hadits Abdulloh bin Mas’ud…
Wahai anakku…
Inilah aku, ibumu… pahalamu… tanpa engkau harus memerdekakan budak atau banyak-banyak berinfak dan bersedekah… aku inilah pahalamu…
Pernahkah engkau mendengar, seorang suami yang meninggalkan keluarga dan anak-anaknya, berangkat jauh ke negeri seberang, ke negeri entah berantah untuk mencari tambang emas, guna menghidupi keluarganya?! Dia salami satu persatu, dia ciumi isterinya, dia sayangi anaknya, dia mengatakan: Ayah kalian, wahai anak-anakku, akan berangkat ke negeri yang ayah sendiri tidak tahu, ayah akan mencari emas… Rumah kita yang reot ini, jagalah… Ibu kalian yang tua renta ini, jagalah…
Berangkatlah suami tersebut, suami yang berharap pergi jauh, untuk mendapatkan emas, guna membesarkan anak-anaknya, untuk membangun istana mengganti rumah reotnya.
Akan tetapi apa yang terjadi, setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, yang ia bawa hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia gagal dalam usahanya. Pulanglah ia kembali ke kampungnya. Dan sampailah ia ke tempat dusun yang selama ini ia tinggal.
Apa lagi yang terjadi di tempat itu, setibanya di lokasi rumahnya, matanya terbelalak. Ia melihat, tidak lagi gubuk reot yang ditempati oleh anak-anak dan keluarganya. Akan tetapi dia melihat, sebuah perusahaan besar, tambang emas yang besar. Jadi ia mencari emas jauh di negeri orang, kiranya orang mencari emas dekat di tempat ia tinggal.
Itulah perumpaanmu dengan kebaikan, wahai anakku…
Engkau berletih mencari pahala… engkau telah beramal banyak… tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar… di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu masuk surga…
Ibumu adalah orang yang dapat menghalangimu untuk masuk surga, atau mempercepat amalmu masuk surga… Bukankah ridloku adalah keridloan Alloh?! Dan bukankan murkaku adalah kemurkaan Alloh?!
Anakku…
Aku takut, engkaulah yang dimaksud oleh Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- di dalam haditsnya:
Celakalah seseorang, celakalah seseorang, dan celakalah seseorang! Ada yang bertanya: Siapakah dia wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Dialah orang yang mendapati orang tuanya saat tua, salah satu darinya atau keduanya, akan tetapi tidak membuat dia masuk surga. (HR. Muslim 2551)
Celakalah seorang anak, jika ia mendapatkan kedua orang tuanya, hidup bersamanya, berteman dengannya, melihat wajahnya, akan tetapi tidak memasukkan dia ke surga.
Anakku…
Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit, aku tidak akan adukan duka ini kepada Alloh, karena jika seandainya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan, yang tidak ada obatnya dan tidak ada tabib yang dapat menyembuhkannya…
Aku tidak akan melakukannya wahai anakku… tidak… bagaimana aku akan melakukannya, sedangkan engkau adalah jantung hatiku… bagaimana ibu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit, sedangkan engkau adalah pelipur lara hatiku… bagaimana ibu tega melihatmu merana terkena doa mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku…
Bangunlah nak… bangunlah… bangkitlah nak… bangkitlah… uban-uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa, sehingga engkau akan menjadi tua pula.
Sebagaimana engkau akan berbuat, seperti itu pula orang akan berbuat kepadamu.
Ganjaran itu sesuai dengan amal yang engkau telah tanamkan. Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam.
Aku tidak ingin engkau menulis surat ini… aku tidak ingin engkau menulis surat yang sama, dengan air matamu kepada anak-anakmu, sebagaimana aku telah menulisnya kepadamu.
Wahai anakmu…
bertakwalah kepada Alloh… takutlah engkau kepada Alloh… berbaktilah kepada ibumu… peganglah kakinya, sesungguhnya surga berada di kakinya… basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya… kencangkan tulang ringkihnya… dan kokohkan badannya yang telah lapuk…
Anakku…
setelah engkau membaca surat ini, terserah padamu. Apakah engkau sadar dan engkau akan kembali, atau engkau akan merobeknya.
Wa shollallohu ala nabiyyina muhammadin wa ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Dari Ibumu yang merana.

(Disadur dari kajian Ustadz Armen Halim Naro-rohimahulloh-)
Oleh : Abu Syauqi Al-Atsarri As-Sundawy

»»  Baca Selengkapnya...